Pages

Bisnis Tanpa Iuran Bulanan

Super Excellent Network Bersama Meraih Kebebasan Finansial Yang Sebenarnya

Sunday, September 16, 2012

Penelitian Kualitatif Bag III


D. Prinsip – Prinsip Metodologi Penelitian Berdasarkan Perspektif Interaksi Simbolik
- Metodologi Penelitian Kualitatif
Metodologi merupakan suatu proses, prinsip dan prosedur yang digunakan untuk mendekati permasalahan dan mencari jawaban. Metodologi juga berarti pendekatan umum yang mengkaji topik penelitian. Metodologi dipengaruhi ataupun berdasarkan perspektif teoritis yang merupakan suatu kerangka penjelasan atau interpretasi yang memungkinkan peneliti memahami data dan menghubungkan data yangg rumit dengan peristiwa dan situasi lain.
-    Metodologi Interaksi Simbolik
Interaksionis simbolik berasumsi bahwa penelitian sistematik harus dilakukan dalam suatu lingkungan yangg alamiah alih-alih lingkungan yang artifisial seperti eksperimen. Varian-varianya mencakupi teori dan prosedur yang dikenal sebagai etnografi, fenomenologi, etnometodologi, interaksionisme simbolik, psikologi lingkungan, analisis semiotik dan studi kasus.

Lofland mengemukakan bahwa penelitian kualitatis ditandai dengan jenis-jenis pertanyaan yangg di ajukan. 7 prinsip metodologi berdasarkan teori interaksi simbolik :
1.      Simbol dan interaksi harus dipadukan sebelum penelitian tuntas
2.      penelitian harus mengambil perspektif atau peran orang lain yanhg bertindak dan memandang dunia dari sudut pandang subjek
3.      Peneliti harus mengaitkan simbol dan defenisi subjek dengan hubungan sosial dan kelompok-kelompok yangg memberikan konsepsi demikian
4.      Setting prilaku dlaam interaksi tersebut dan pengamatan ilmiah harus dicatat
5.      Metodologi penelitian harus mampu mencerminkan proses atau perubahan, jugaa bentuk perilaku yangg statis.
6.      Pelaksanaan penelitian yangg baik dipandang sebagai suatu tindakan interaksi simbolik.
7.      Penggunaan konsep-konsep yang layak adalah pertama-tama mengarahkan dan kemudian operasional; teori Ɣğ layak menjadi formal, bukan teori agung atau teori menengaah dan proposisi yangg dibangun menjadi interaksional dan universal.
Interaksionisme simbolik merupakan suatu perspektif teoritis, namun Ĵ
ƍơ sekaligus orientasi metodologis. Akan tetapi metodolodi yangg disarankan oleh kaun interaksionis sebenarnya tidak ekslusif, namun mirip atau tumpang tindih dengan metode penelitian yangg dilakukan para peneliti berpandangan fenomenologis lainnya.
Meskipun perhatian interaksionisme simbolik pada aspek-aspek fenomenoligis prilaku manusia mempunyai implikasi metodolosis. Penelitian kualitatif bertujuan mempertahankan kualitas-kualitasnya, alih-alih perilaku manusia dan menganalisi kualitas-kualitasnya, alih-alih mengubahnya menjadi entitas-entitas kuantitatif. Seperti yangg ditegaskan silverman, permasalahan yangg dihadapi peneliti kuantitatif adalah bahwa mereka mengabaikan konstruksi sosial dan kultural dari variabel-variabel yangg ingin mereka korelasi.
-          Proses Induktif
Dalam penelitian kualitatif, peran bahasa dan makna-makna yang dianut subjek penelitian, menjadi sangat penting. Cicourel mengatakan hipotesis Sapir-Whorf menyarankan bahwa kita memandang bahasa pengukuran sebagai derivasi dari konsepsi kita mengenai dunia fisik dan sifat system logis dan matematis. Jadi, sains dan metode ilmiah sebagai alat untuk memandang dan memperoleh bahasa mengenai dunia disekitar yang member dan menerima prinsip-prinsipnya.
Dalam penelitian kuantitatif, pengamatan berperan serta, wawancara mendalam, dan analisis dokumen juga dikenal, tetapi di anggap tidak terlalu penting. Sementara dalam kualitatif, ketiga metode tersebut bersifat fundamental dan sering digunakan bersama-sama, seperti dalam sebuah studi kasus. Jelasnya, penelitian kualitatif ini lebih bertujuan memperoleh pemahaman  yang otentik mengenai pemahaman orang-orang, sebagai mana dirasakan orang-orang bersangkutan. Oleh karena itu, salah satu cirri penelitian kualitatif adalah tidak ada hipotesis yang spesifik pada saat penelitian dimulai, hipotesis justru dibangun selama tahap-tahap penelitian, setelah diuji atau dikonfrontasikan dengan data yang diperoleh peneliti selama penelitian.
Sebagaimana umunya penelitian kualitatif, penelitian berdasarkan perspektifinteraksionis simbolik bersifat induktif. Proses induktif itu disebut “induksi analitik”. Cressey merumuskan langkah-langkah induksi analitik, sebagai berikut :
1.      Suatu defenisi kasar fenomena yang harus dijelaskan dirumuskan
2.      Penjelasan hipotesis fenomena tersebut dikembangkan
3.      Suatu kasus diteliti dengan tujuan menentukan apakah hipotesis tersebut sesuai dengan fakta yang diamati
4.      Hipotesis harus dirumuskan ulang, jika tidak sesuai dengan fakta
5.      Prosedur memeriksa kasus, dan menyingkirkan setiap kasus negative dengan perumusan ulang.
Senada dengan itu, menurut Denzin, induksi analitik menghasilkan proposisi-proposisi yang berusaha mencakup setiap kasus yang dianalisis. Salah satu cirri penting induksi analitik adalah tekanannya pada kasus negative yang menyangkal proposisi yang dibangun peneliti. Dengan kata lain, induksi analitik adalah suatu metode untuk menguji suatu hipotesis dalam penelitian lapangan.
-          Penelitian Naturalistik dan Etnografi
Dibandingkan dengan penelitian naturalistic dan etnografi, penelitian kualitatif tidak hatrus dilaksanakan di habitat alamiah anggota budaya yang diteliti, dan penelitiannya tidak selalu bersifat holistic, melainkan satu aspek budaya atau suatu segi kehidupan kelompok. Seperti karya Clifford Shaw dengan bukunya The Jack-Roller, yang menelaah seorang anak brandalan yang menyimpang, melalui metode sejarah hidup.dengan kata lain, dalam penelitian kualitatif pemilihan sampel acak tidak mutlak, malah sering tidak digunakan.
Jelas bahwa penelitian kulaitatif lebih luas daripada penelitian naturalistic atau etnografi, meskipun sama-sama bersifat kualitatif. Semua penelitian itu bersifat kualitatif, jika berdasarkan cirri-ciri berikut :
1.      Memiliki minat teoritis pada proses interpretasi manusia
2.      Memfokuskan perhatian pada studi tindakan manusia dan artefak yang tersituasikan secara social
3.      Menggunakan manusia sebagai instrument penelitian utama
4.      Mengandalkan, terutam bentuk-bentuk naratif untuk mengkode data dan menulis teks untuk disajikan kepada khalayak

·         Penelitian Naturalistik
Penelitian naturalistic mengasumsikan bahwa perilaku dan makna yang dianut sekelompok manusia hanya dapat dipahami melalui analisis atas lingkungan alamiah. Oleh karena itu, situasi yang alamiah, bukan situasi buatan seperti eksperimen atau wawancara formal, harus menjadi sumber data.
Beberapa penulis mengidentifikasikan penelitian naturalistic dengan penelitian fenomenologis. Penelitian naturalistic memasuki arena penelitian yang diminatinya untuk menafsirkan fenomena yang ditemuinya, tidak memanipulasi atau mengontrolnya, dan berusaha mencampurinya sedikit mungkin. Peneliti naturalistic menekankan logics in action, yakni logika individu-individu yang diteliti , alih-alih logika formal.


Penelitian naturalistic merujuk kepada tiga hal, yakni :
1.      Penelitian naturalistic kadang-kadang disamakan dengan penelitian eksploratori
2.      Penelitian naturalistic kadang-kadang disamakan dengan penelitian lapangan
3.      Penelitian naturalistic kadang-kadang dipandang sebagai sarana mempelajari berbagai fenomena yang eksis karena didefenisikan sebagai riil
Lincolin dan Guba mengemukakan bahwa dalam pendekatan naturalistic, peneliti seyogiyanya memanfaatkan dirinya sebagai instrument sebagai pengganti lebih memadai bagi pendekatan lebih objektif. Penelitian naturalistic memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1.      Realitas manusia tidak dapat dipisahkan dari konteksnya, tidak pula dapat dipisahkan agar bagian-bagiannya dapat dipelajari.
2.      Penggunaan pengetahuan tersembunyi adalah abstrack.
3.      Hal yang dinegosiasikan adalah penting.
4.      Penafsiran atas data bersifat ideografis atau berlaku khusus.
5.      Temuan bersifat tentative.

·         Etnografi
Istilah etnografi berasal dari kata ethno (bangsa) dan grapy (menguraikan). Etnografi yang akarnya antropologi pada dasarnya adalah kegiatan peneliti untuk memahami cara orang-orang berinteraksi atau bekerjasama melalui fenomena teramati kehidupan sehari-hari. Jadi etnografi lazimnya bertujuan menguraikan suatu budaya secara menyeluruh.
Menurut Frey et al., etnografi digunakan untuk meneliti perilaku manusia dalam lingkungan spesifik alamiah. Etnografi sering dikaitakan dengan hidup secara intim dan untuk waktu yang lama dengan suatu komunitas pribumi yang diteliti yang bahasanya dikuasai peneliti.
Pendeknya, etnografer akan memanfaatkan metode apapun yang membantu mereka mencapai tujuan etnografi yang baik.
-          Pengamatan Berperan Serta
Joergensen mengemukakan bahwa metode pengamatan berperan serta (pengamatan terlibat) dapat didefenisikan berdasarkan tujuh cirri berikut :
1.      Minat khusus pada makna dan interaksi manusia berdasarkan perspektif orang-orang dalam atau anggota-anggota situasi atau keadaan tertentu.
2.      Fondasi penelitian dan metodenya adalah kedisinian dan kekinian kehidupan sehari-hari.
3.      Bentuk teori dan penteorian yang menekankan interpretasi dan pemahaman eksistensi manusia.
4.      Logika dan proses penelitian terbuka, luwes, oportunistik, dan menuntut redefinisi apa yang problematic, berdasarkan fakta yang diperoleh dalam situasi nyata eksistensi manusia.
5.      Pendekatan dan rancangan yang mendalam, kualitatif dan studi kasus.
6.      Penerapan peran partisipan yang menuntut hubungan langsung dengan pribumi dilapangan.
7.      Penggunaan pengamatan langsung bersama metode lainnya dalam mengumpulkan informasi.
Becker et al. menyarankan bahwa pengamatan terlibat adalah pengamatan yang dilakukan sambil sedikit banyaknya berperan serta dalam kehidupan orang yang kita teliti. Meskipun metode berperan serta bisa dibedakan dengan wawancara mendalam dan analisis dokumen, sering istilah pengamatan berperan serta mencakup kedua teknik penelitian yang disebut belakangan.
Sebagaimana dikemukakan Denzin, kombinasi pengamatan dan wawancara konsisten dengan metode logis interaksionisme simbolik yang memungkinkan peneliti berupaya mengawinkan sifat-sifat tertutup tindakan social dengan sifat-sifatnya yang terbuka dan dapat diamati. Jadi suatu gambaran yang komperhensif tentang subjek diperoleh dan suatu pandangan mendalam juga dicapai dengan membandingkan apa yang orang katakana dengan apa yang mereka lakukan ketika keadaan tertentu muncul.
Sebagai metode kualitatif yang inklusif atau menyeluruh pengamatan berperan serta lazim digunakan dalam meneliti masyarakat primitive, subkultural menyimpang, organisasi yang kompleks, pergerakan social, komunitas dan kelompok informal. Pengamatan peran serta mulai di praktikan pada abad ke-19 oleh para penjajajh kaum misionari dan para pelaut yang mengirimkan laporan berupa berita dan uraian mengenai tempat-tempat yang eksotik dan jauh. Pada waktu itu catatan harian dan surat-surat mereka yang mereka kirimkan ke negeri asal mereka laku dijual setelah diterbitkan dan mendapatkan sambutan luas.
Paul Rock mengemukakan pengamatan berperan serta mungkin strategi sangat penting  dalam interaksionisme simbolik yang memungkinkan peneliti menggunakan dirinya untuk menjelajahi proses social.  Menurut Paul Rock, penggunaan metode ini dalam interaksionisme simbolik berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan didefenisikan sebagai aktivitas praktis yang berlangsung. Pengamatan berperan serta sering disebut juga etnografi atau penelitian lapangan, yakni pergi kelapangan yang jauh dari peradaban atau laboratorium. Tujuannya adalah untuk menelaah sebanyak mungkin poses social dan perilaku dalam budaya tersebut.
Untuk menerapkan metode ini, peneliti dituntut untuk menetap dalam kelompok atau lingkungan budaya yang ia teliti untuk suatu periode yang dianggap cukup untuk memperoleh data yang diperlukan.
-          Wawancara Mendalam
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu. Wawancara secara garis besar dibagi menjadi dua, yakni wawancara tak terstruktur dan wawancara terstruktur. Wawancara tak terstruktur sering juga disebut wawancara mendalam, wawancara intensif, wawancara kualitatif, wawancara terbuka, wawancara etnografis. Sedangkan wawancara tertruktur sering juga disebut wawancara baku. Para peneliti harus berusaha mengarahkan wawancara itu agar sesuai dengan tujuanya, untuk itu pewawancara sebaiknya tetap membawa dan memegang pedoman wawancara, yakni susunan pertanyaan yang ia harus ajukan, meskipun sekedar pengingat, tidak untuk di lihat terus-menerus, pedoman wawancara ini hanyalah panduan umum, tidak perlu merinci setiap pertanyaan yang mungkin akan di tanyakan pewawancara. Setelah pewawancara mewancarai sejumlah responden, pewawancara biasanya tidak lagi harus terpaku pada pedoman wawancara. Pada akhir wawancara seyogianya setidaknya meminta nomor telepon atau alamat email, untuki memudahkan atau memperoleh data tambahan bila di perlukan.
Karena sifatnya yang terbuka, ada kalanya responden juga memberikan komentar yang sebenarnya merupakan jawaban atas pertanyaan lainya yang ada dalam pedoman wawancara, maka peneliti tidak perlu lagi mengajukan pertanyaan tersebut. Ada kalanya juga seorang peneliti kurang puas dengan jawaban yang di berikan responden, karena kurang jelas atau kurang lengkap.
Sebagian responden mungkin pendiam, pemalu, atau sangat pelit berkata-kata, maka seorang pewawancara harus kreatif untuk mendorong mereka supaya bicara lebih jauh, biasanya orang akan lebih terbuka ketika berbicara kepada orang yang lebih di kenal.
Untuk memperoleh data secermat mungkin, seorang pewawancara bisa menggunakan tape recorder, apalagi jika wawancara berlansung cukup lama dan intensif, tetapi anda harus mempunyai ijin terlebih dahuludari responden, kemungkinan responden akan gugup ketika ia tahu jawabanya akan di rekam. Keuntungan peneliti dalam menggunakan tape recorder antara lain adalah bahwa peneliti dapat berkonsentrasi pebuh terhadap informasi yang di berikan responden, dan data yang di peroleh peneliti juga lengkap
Salah satu bentuk khusus wawancara mendalam adalah wawancara sejarah hidup( life history interview). Sejarah hidup mempersentasikan pengalaman atau defenisi yang di anut seseorang , satu kelompok, atau satu organisasi ketika orang, kelompok, atau organisasi ini menafsirkan pengalaman-pengalaman tersebut. Metodologi sejarah hidup menyoroti cara-cara individu menjelaskan dan menteorisasikan tindakan-tindakan mereka dalam dunia sosial mereka, yang terpenting adalah interpretasi subjektif mereka atas situasi mereka, baik pada masa lalu ataupun sekarang.
Metodologi sejarah  berakar kuat pada suatu kerangka interpretif dan khususnya paradigma intraksionis simbolik yang memandang manusia sebagai hidup dalam suatu dunia yang terdiri objek-objek yang bermakna alih-alih suatu lingkungan stimuli yang menentukan prilaku manusia
Becker mengatakan, sejarah hidup bukanlah otobiografi konvensional meskipun narasi subjektif penulisnya mirip dengan narasi dan pandangan penulis dalam otobiografi, dan bukan pula fiksi. Sejarah hidup lebih membumi, lebih memperhatikan pengalaman subjek dan penafsiranya atas dunianya dari pada nilai-nilai artistik meskipun dokumen terbaik riwayat hidup sensitif dan dramatik seperti di temukan dalam novel.
Bahan-bahan lain untuk melengakapi wawancara sejarah hidup adalah wawancara dengan orang lain yang punya hubungan dekat dengan subjek penelitian( significant others), juga berbagi dokume. Penggunaan berbagai metode yang saling inilah dalam penelitian kualitatif di sebut triangulasi. Triangulasi seyogianya di gunakan, karena tidak ada suatu metode  tunggal pun yang menunjukan ciri-ciri relevan realitas empiris yang di perlukan untuk membangun suatu teori. Dengan kata lain triangulasi sangat penting di gunakan untuk mengkompirmasikan data yang di peroleh peneliti yang pada giliranya menjaga atau meningkatkan keterpercayaan temuan penelitian, bila subjek peneliti masih hidup dan mudah di hubungi, maka pihak terpenting untuk dimintai data adalah subjek penelitian tersebut, dan setelah itu barulah sumber-sumber lain.
Wawancara sejarah hidup dilakukan dengan meminta orang-orang sebagai subjek penelitian untuk menceritakan hidup mereka. Oleh karena konsep diri adalah inti dari pendekatan intraksi simbolik, konsep diri orang-orang dapat di lacak dengan menelaah sejarah hidup mereka. Keanekaragaman subjektivitas inilah yang mengalami antara stimulus dan respon, yang membuat prilaku manusia sangat berbeda dengan prilaku hewan lebih rendah.
Belakanngan ini metode sejarah hidup( life history method) sebagai metode penelitian kualitatif menjadi trend lagi dalam penelitian kualitatif, padahal metode ini pernah berjaya pada tahun 1930-an dan 1940-an, khususnya di bawah pengaruh Robert E.Park dan Ernest Burgess, dua ilmuan sosial di university of chicago.
Menurut Becker, sejarah hidup lebih dari teknik penelitian lainya, kecuali pengamatan terlibat, dapat memberikan makna atas konsep prose. Para ilmuan sering berbicara mengenai fenomena sebagai proses, tetapi metode mereka biasanya menghalangi mereka untuk melihat proses yang mereka gembor-gemborkan




No comments:

Post a Comment