D. Prinsip – Prinsip Metodologi Penelitian Berdasarkan
Perspektif Interaksi Simbolik
-
Metodologi Penelitian Kualitatif
Metodologi
merupakan suatu proses, prinsip dan prosedur yang digunakan untuk mendekati
permasalahan dan mencari jawaban. Metodologi juga berarti pendekatan umum yang
mengkaji topik penelitian. Metodologi dipengaruhi ataupun berdasarkan
perspektif teoritis yang merupakan suatu kerangka penjelasan atau interpretasi
yang memungkinkan peneliti memahami data dan menghubungkan data yangg rumit
dengan peristiwa dan situasi lain.
-
Metodologi
Interaksi Simbolik
Interaksionis
simbolik berasumsi bahwa penelitian sistematik harus dilakukan dalam suatu
lingkungan yangg alamiah alih-alih lingkungan yang artifisial seperti
eksperimen. Varian-varianya mencakupi teori dan prosedur yang dikenal sebagai
etnografi, fenomenologi, etnometodologi, interaksionisme simbolik, psikologi
lingkungan, analisis semiotik dan studi kasus.
Lofland mengemukakan bahwa penelitian kualitatis ditandai dengan jenis-jenis pertanyaan yangg di ajukan. 7 prinsip metodologi berdasarkan teori interaksi simbolik :
1. Simbol
dan interaksi harus dipadukan sebelum penelitian tuntas
2. penelitian
harus mengambil perspektif atau peran orang lain yanhg bertindak dan memandang
dunia dari sudut pandang subjek
3. Peneliti
harus mengaitkan simbol dan defenisi subjek dengan hubungan sosial dan
kelompok-kelompok yangg memberikan konsepsi demikian
4. Setting
prilaku dlaam interaksi tersebut dan pengamatan ilmiah harus dicatat
5. Metodologi
penelitian harus mampu mencerminkan proses atau perubahan, jugaa bentuk
perilaku yangg statis.
6. Pelaksanaan
penelitian yangg baik dipandang sebagai suatu tindakan interaksi simbolik.
7. Penggunaan
konsep-konsep yang layak adalah pertama-tama mengarahkan dan kemudian
operasional; teori Ɣğ
layak menjadi formal, bukan teori agung atau teori menengaah dan proposisi
yangg dibangun menjadi interaksional dan universal.
Interaksionisme simbolik merupakan suatu perspektif teoritis, namun Ĵยƍơ sekaligus orientasi metodologis. Akan tetapi metodolodi yangg disarankan oleh kaun interaksionis sebenarnya tidak ekslusif, namun mirip atau tumpang tindih dengan metode penelitian yangg dilakukan para peneliti berpandangan fenomenologis lainnya.
Interaksionisme simbolik merupakan suatu perspektif teoritis, namun Ĵยƍơ sekaligus orientasi metodologis. Akan tetapi metodolodi yangg disarankan oleh kaun interaksionis sebenarnya tidak ekslusif, namun mirip atau tumpang tindih dengan metode penelitian yangg dilakukan para peneliti berpandangan fenomenologis lainnya.
Meskipun
perhatian interaksionisme simbolik pada aspek-aspek fenomenoligis prilaku
manusia mempunyai implikasi metodolosis. Penelitian kualitatif bertujuan
mempertahankan kualitas-kualitasnya, alih-alih perilaku manusia dan menganalisi
kualitas-kualitasnya, alih-alih mengubahnya menjadi entitas-entitas
kuantitatif. Seperti yangg ditegaskan silverman, permasalahan yangg dihadapi
peneliti kuantitatif adalah bahwa mereka mengabaikan konstruksi sosial dan
kultural dari variabel-variabel yangg ingin mereka korelasi.
-
Proses
Induktif
Dalam
penelitian kualitatif, peran bahasa dan makna-makna yang dianut subjek
penelitian, menjadi sangat penting. Cicourel mengatakan hipotesis Sapir-Whorf
menyarankan bahwa kita memandang bahasa pengukuran sebagai derivasi dari
konsepsi kita mengenai dunia fisik dan sifat system logis dan matematis. Jadi,
sains dan metode ilmiah sebagai alat untuk memandang dan memperoleh bahasa
mengenai dunia disekitar yang member dan menerima prinsip-prinsipnya.
Dalam
penelitian kuantitatif, pengamatan berperan serta, wawancara mendalam, dan
analisis dokumen juga dikenal, tetapi di anggap tidak terlalu penting.
Sementara dalam kualitatif, ketiga metode tersebut bersifat fundamental dan
sering digunakan bersama-sama, seperti dalam sebuah studi kasus. Jelasnya,
penelitian kualitatif ini lebih bertujuan memperoleh pemahaman yang otentik mengenai pemahaman orang-orang,
sebagai mana dirasakan orang-orang bersangkutan. Oleh karena itu, salah satu
cirri penelitian kualitatif adalah tidak ada hipotesis yang spesifik pada saat
penelitian dimulai, hipotesis justru dibangun selama tahap-tahap penelitian,
setelah diuji atau dikonfrontasikan dengan data yang diperoleh peneliti selama
penelitian.
Sebagaimana
umunya penelitian kualitatif, penelitian berdasarkan perspektifinteraksionis
simbolik bersifat induktif. Proses induktif itu disebut “induksi analitik”.
Cressey merumuskan langkah-langkah induksi analitik, sebagai berikut :
1. Suatu defenisi kasar fenomena yang
harus dijelaskan dirumuskan
2. Penjelasan hipotesis fenomena
tersebut dikembangkan
3. Suatu kasus diteliti dengan tujuan
menentukan apakah hipotesis tersebut sesuai dengan fakta yang diamati
4. Hipotesis harus dirumuskan ulang,
jika tidak sesuai dengan fakta
5. Prosedur memeriksa kasus, dan
menyingkirkan setiap kasus negative dengan perumusan ulang.
Senada dengan
itu, menurut Denzin, induksi analitik menghasilkan proposisi-proposisi yang
berusaha mencakup setiap kasus yang dianalisis. Salah satu cirri penting
induksi analitik adalah tekanannya pada kasus negative yang menyangkal
proposisi yang dibangun peneliti. Dengan kata lain, induksi analitik adalah
suatu metode untuk menguji suatu hipotesis dalam penelitian lapangan.
-
Penelitian Naturalistik dan Etnografi
Dibandingkan
dengan penelitian naturalistic dan etnografi, penelitian kualitatif tidak
hatrus dilaksanakan di habitat alamiah anggota budaya yang diteliti, dan
penelitiannya tidak selalu bersifat holistic, melainkan satu aspek budaya atau
suatu segi kehidupan kelompok. Seperti karya Clifford Shaw dengan bukunya The
Jack-Roller, yang menelaah seorang anak brandalan yang menyimpang, melalui
metode sejarah hidup.dengan kata lain, dalam penelitian kualitatif pemilihan
sampel acak tidak mutlak, malah sering tidak digunakan.
Jelas bahwa
penelitian kulaitatif lebih luas daripada penelitian naturalistic atau
etnografi, meskipun sama-sama bersifat kualitatif. Semua penelitian itu
bersifat kualitatif, jika berdasarkan cirri-ciri berikut :
1. Memiliki minat teoritis pada proses
interpretasi manusia
2. Memfokuskan perhatian pada studi
tindakan manusia dan artefak yang tersituasikan secara social
3. Menggunakan manusia sebagai
instrument penelitian utama
4. Mengandalkan, terutam bentuk-bentuk
naratif untuk mengkode data dan menulis teks untuk disajikan kepada khalayak
·
Penelitian Naturalistik
Penelitian
naturalistic mengasumsikan bahwa perilaku dan makna yang dianut sekelompok
manusia hanya dapat dipahami melalui analisis atas lingkungan alamiah. Oleh
karena itu, situasi yang alamiah, bukan situasi buatan seperti eksperimen atau
wawancara formal, harus menjadi sumber data.
Beberapa
penulis mengidentifikasikan penelitian naturalistic dengan penelitian
fenomenologis. Penelitian naturalistic memasuki arena penelitian yang
diminatinya untuk menafsirkan fenomena yang ditemuinya, tidak memanipulasi atau
mengontrolnya, dan berusaha mencampurinya sedikit mungkin. Peneliti
naturalistic menekankan logics in action, yakni logika individu-individu yang
diteliti , alih-alih logika formal.
Penelitian
naturalistic merujuk kepada tiga hal, yakni :
1. Penelitian naturalistic kadang-kadang
disamakan dengan penelitian eksploratori
2. Penelitian naturalistic kadang-kadang
disamakan dengan penelitian lapangan
3. Penelitian naturalistic kadang-kadang
dipandang sebagai sarana mempelajari berbagai fenomena yang eksis karena didefenisikan
sebagai riil
Lincolin dan
Guba mengemukakan bahwa dalam pendekatan naturalistic, peneliti seyogiyanya
memanfaatkan dirinya sebagai instrument sebagai pengganti lebih memadai bagi
pendekatan lebih objektif. Penelitian naturalistic memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
1. Realitas manusia tidak dapat
dipisahkan dari konteksnya, tidak pula dapat dipisahkan agar bagian-bagiannya
dapat dipelajari.
2. Penggunaan pengetahuan tersembunyi
adalah abstrack.
3. Hal yang dinegosiasikan adalah
penting.
4. Penafsiran atas data bersifat
ideografis atau berlaku khusus.
5. Temuan bersifat tentative.
·
Etnografi
Istilah
etnografi berasal dari kata ethno (bangsa) dan grapy (menguraikan). Etnografi
yang akarnya antropologi pada dasarnya adalah kegiatan peneliti untuk memahami
cara orang-orang berinteraksi atau bekerjasama melalui fenomena teramati
kehidupan sehari-hari. Jadi etnografi lazimnya bertujuan menguraikan suatu
budaya secara menyeluruh.
Menurut Frey
et al., etnografi digunakan untuk meneliti perilaku manusia dalam lingkungan
spesifik alamiah. Etnografi sering dikaitakan dengan hidup secara intim dan
untuk waktu yang lama dengan suatu komunitas pribumi yang diteliti yang
bahasanya dikuasai peneliti.
Pendeknya,
etnografer akan memanfaatkan metode apapun yang membantu mereka mencapai tujuan
etnografi yang baik.
-
Pengamatan
Berperan Serta
Joergensen
mengemukakan bahwa metode pengamatan berperan serta (pengamatan terlibat) dapat
didefenisikan berdasarkan tujuh cirri berikut :
1. Minat khusus pada makna dan interaksi
manusia berdasarkan perspektif orang-orang dalam atau anggota-anggota situasi
atau keadaan tertentu.
2. Fondasi penelitian dan metodenya
adalah kedisinian dan kekinian kehidupan sehari-hari.
3. Bentuk teori dan penteorian yang
menekankan interpretasi dan pemahaman eksistensi manusia.
4. Logika dan proses penelitian terbuka,
luwes, oportunistik, dan menuntut redefinisi apa yang problematic, berdasarkan
fakta yang diperoleh dalam situasi nyata eksistensi manusia.
5. Pendekatan dan rancangan yang
mendalam, kualitatif dan studi kasus.
6. Penerapan peran partisipan yang
menuntut hubungan langsung dengan pribumi dilapangan.
7. Penggunaan pengamatan langsung
bersama metode lainnya dalam mengumpulkan informasi.
Becker et al.
menyarankan bahwa pengamatan terlibat adalah pengamatan yang dilakukan sambil
sedikit banyaknya berperan serta dalam kehidupan orang yang kita teliti.
Meskipun metode berperan serta bisa dibedakan dengan wawancara mendalam dan
analisis dokumen, sering istilah pengamatan berperan serta mencakup kedua
teknik penelitian yang disebut belakangan.
Sebagaimana
dikemukakan Denzin, kombinasi pengamatan dan wawancara konsisten dengan metode
logis interaksionisme simbolik yang memungkinkan peneliti berupaya mengawinkan
sifat-sifat tertutup tindakan social dengan sifat-sifatnya yang terbuka dan
dapat diamati. Jadi suatu gambaran yang komperhensif tentang subjek diperoleh
dan suatu pandangan mendalam juga dicapai dengan membandingkan apa yang orang
katakana dengan apa yang mereka lakukan ketika keadaan tertentu muncul.
Sebagai
metode kualitatif yang inklusif atau menyeluruh pengamatan berperan serta lazim
digunakan dalam meneliti masyarakat primitive, subkultural menyimpang,
organisasi yang kompleks, pergerakan social, komunitas dan kelompok informal.
Pengamatan peran serta mulai di praktikan pada abad ke-19 oleh para penjajajh
kaum misionari dan para pelaut yang mengirimkan laporan berupa berita dan
uraian mengenai tempat-tempat yang eksotik dan jauh. Pada waktu itu catatan
harian dan surat-surat mereka yang mereka kirimkan ke negeri asal mereka laku
dijual setelah diterbitkan dan mendapatkan sambutan luas.
Paul Rock
mengemukakan pengamatan berperan serta mungkin strategi sangat penting dalam interaksionisme simbolik yang
memungkinkan peneliti menggunakan dirinya untuk menjelajahi proses social. Menurut Paul Rock, penggunaan metode ini
dalam interaksionisme simbolik berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan
didefenisikan sebagai aktivitas praktis yang berlangsung. Pengamatan berperan
serta sering disebut juga etnografi atau penelitian lapangan, yakni pergi
kelapangan yang jauh dari peradaban atau laboratorium. Tujuannya adalah untuk
menelaah sebanyak mungkin poses social dan perilaku dalam budaya tersebut.
Untuk
menerapkan metode ini, peneliti dituntut untuk menetap dalam kelompok atau
lingkungan budaya yang ia teliti untuk suatu periode yang dianggap cukup untuk
memperoleh data yang diperlukan.
-
Wawancara Mendalam
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang,
melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu. Wawancara secara
garis besar dibagi menjadi dua, yakni wawancara tak terstruktur dan wawancara
terstruktur. Wawancara tak terstruktur sering juga disebut wawancara mendalam,
wawancara intensif, wawancara kualitatif, wawancara terbuka, wawancara
etnografis. Sedangkan wawancara tertruktur sering juga disebut wawancara baku.
Para peneliti harus berusaha mengarahkan wawancara itu agar sesuai dengan
tujuanya, untuk itu pewawancara sebaiknya tetap membawa dan memegang pedoman
wawancara, yakni susunan pertanyaan yang ia harus ajukan, meskipun sekedar
pengingat, tidak untuk di lihat terus-menerus, pedoman wawancara ini hanyalah
panduan umum, tidak perlu merinci setiap pertanyaan yang mungkin akan di tanyakan
pewawancara. Setelah pewawancara mewancarai sejumlah responden, pewawancara
biasanya tidak lagi harus terpaku pada pedoman wawancara. Pada akhir wawancara
seyogianya setidaknya meminta nomor telepon atau alamat email, untuki
memudahkan atau memperoleh data tambahan bila di perlukan.
Karena sifatnya yang terbuka, ada kalanya responden juga
memberikan komentar yang sebenarnya merupakan jawaban atas pertanyaan lainya
yang ada dalam pedoman wawancara, maka peneliti tidak perlu lagi mengajukan
pertanyaan tersebut. Ada kalanya juga seorang peneliti kurang puas dengan
jawaban yang di berikan responden, karena kurang jelas atau kurang lengkap.
Sebagian responden mungkin pendiam, pemalu, atau sangat
pelit berkata-kata, maka seorang pewawancara harus kreatif untuk mendorong
mereka supaya bicara lebih jauh, biasanya orang akan lebih terbuka ketika
berbicara kepada orang yang lebih di kenal.
Untuk memperoleh data secermat mungkin, seorang pewawancara
bisa menggunakan tape recorder, apalagi jika wawancara berlansung cukup lama
dan intensif, tetapi anda harus mempunyai ijin terlebih dahuludari responden,
kemungkinan responden akan gugup ketika ia tahu jawabanya akan di rekam.
Keuntungan peneliti dalam menggunakan tape recorder antara lain adalah bahwa
peneliti dapat berkonsentrasi pebuh terhadap informasi yang di berikan
responden, dan data yang di peroleh peneliti juga lengkap
Salah satu bentuk khusus wawancara mendalam adalah wawancara
sejarah hidup( life history interview). Sejarah hidup mempersentasikan pengalaman
atau defenisi yang di anut seseorang , satu kelompok, atau satu organisasi
ketika orang, kelompok, atau organisasi ini menafsirkan pengalaman-pengalaman
tersebut. Metodologi sejarah hidup menyoroti cara-cara individu menjelaskan dan
menteorisasikan tindakan-tindakan mereka dalam dunia sosial mereka, yang
terpenting adalah interpretasi subjektif mereka atas situasi mereka, baik pada
masa lalu ataupun sekarang.
Metodologi sejarah
berakar kuat pada suatu kerangka interpretif dan khususnya paradigma intraksionis
simbolik yang memandang manusia sebagai hidup dalam suatu dunia yang terdiri
objek-objek yang bermakna alih-alih suatu lingkungan stimuli yang menentukan
prilaku manusia
Becker mengatakan, sejarah hidup bukanlah otobiografi
konvensional meskipun narasi subjektif penulisnya mirip dengan narasi dan
pandangan penulis dalam otobiografi, dan bukan pula fiksi. Sejarah hidup lebih
membumi, lebih memperhatikan pengalaman subjek dan penafsiranya atas dunianya
dari pada nilai-nilai artistik meskipun dokumen terbaik riwayat hidup sensitif
dan dramatik seperti di temukan dalam novel.
Bahan-bahan lain untuk melengakapi wawancara sejarah hidup
adalah wawancara dengan orang lain yang punya hubungan dekat dengan subjek
penelitian( significant others), juga berbagi dokume. Penggunaan berbagai
metode yang saling inilah dalam penelitian kualitatif di sebut triangulasi.
Triangulasi seyogianya di gunakan, karena tidak ada suatu metode tunggal pun yang menunjukan ciri-ciri relevan
realitas empiris yang di perlukan untuk membangun suatu teori. Dengan kata lain
triangulasi sangat penting di gunakan untuk mengkompirmasikan data yang di
peroleh peneliti yang pada giliranya menjaga atau meningkatkan keterpercayaan
temuan penelitian, bila subjek peneliti masih hidup dan mudah di hubungi, maka
pihak terpenting untuk dimintai data adalah subjek penelitian tersebut, dan
setelah itu barulah sumber-sumber lain.
Wawancara sejarah hidup dilakukan dengan meminta orang-orang
sebagai subjek penelitian untuk menceritakan hidup mereka. Oleh karena konsep
diri adalah inti dari pendekatan intraksi simbolik, konsep diri orang-orang
dapat di lacak dengan menelaah sejarah hidup mereka. Keanekaragaman
subjektivitas inilah yang mengalami antara stimulus dan respon, yang membuat
prilaku manusia sangat berbeda dengan prilaku hewan lebih rendah.
Belakanngan ini metode sejarah hidup( life history method)
sebagai metode penelitian kualitatif menjadi trend lagi dalam penelitian
kualitatif, padahal metode ini pernah berjaya pada tahun 1930-an dan 1940-an,
khususnya di bawah pengaruh Robert E.Park dan Ernest Burgess, dua ilmuan sosial
di university of chicago.
Menurut Becker, sejarah hidup lebih dari teknik penelitian
lainya, kecuali pengamatan terlibat, dapat memberikan makna atas konsep prose.
Para ilmuan sering berbicara mengenai fenomena sebagai proses, tetapi metode
mereka biasanya menghalangi mereka untuk melihat proses yang mereka
gembor-gemborkan
No comments:
Post a Comment