A. Komunikasi Sebagai Proses Sosial
Dalam hubungannya dengan proses sosial, komunikasi menjadi sebuah cara dalam melakukan perubahan sosial (social change).
Komunikasi berperan menjembatani perbedaan dalam masyarakat karena
mampu merekatkan kembali sistem sosial masyarakat dalam usahanya
melakukan perubahan. Namun begitu, komunikasi juga tak akan lepas dari
konteks sosialnya. Artinya ia akan diwarnai oleh sikap, perilaku, pola,
norma, pranata masyarakatnya. Jadi keduanya saling mempengaruhi dan
saling melengkapi, seperti halnya hubungan antara manusia dengan
masyarakat. Little john (1999), menjelaskan hal ini dalam genre
interactionist theories. Dalam teori ini, dijelaskan bahwa memahami
kehidupan sosial sebagai proses interaksi. Komunikasi (interaksi)
merupakan sarana kita belajar berperilaku. Komunikasi merupakan perekat
masyarakat. Masyarakat tidak akan ada tanpa komunikasi. Struktur
sosial-struktur sosial diciptakan dan ditopang melalui interaksi. Bahasa
yang dipakai dalam komunikasi adalah untuk menciptakan
struktur-struktur sosial.
Hubungan
antara perubahan sosial dengan komunikasi (atau media komunikasi)
pernah diamati oleh Goran Hedebro (dalam Nurudin, 2004) sebagai berikut :
1. Teori
komunikasi mengandung makna pertukaran pesan. Tidak ada perubahan dalam
masyarakat tanpa peran komunikasi. Dengan demikian, bisa dikatakan
bahwa komunikasi hadir pada semua upaya bertujuan membawa ke arah
perubahan.
2. Meskipun
dikatakan bahwa komunikasi hadir dengan tujuan membawa perubahan, namun
ia bukan satu-satunya alat dalam membawa perubahan sosial. Dengan kata
lain, komunikasi hanya salah satu dari banyak faktor yang menimbulkan
perubahan masyarakat.
3. Media
yang digunakan dalam komunikasi berperan melegitimasi bangunan sosial
yang ada. Ia adalah pembentuk kesadaran yang pada akhirnya menentukan
persepsi orang terhadap dunia dan masyarakat tempat mereka hidup.
4. Komunikasi
adalah alat yang luar biasa guna mengawasi salah satu kekuatan penting
masyarakat; konsepsi mental yang membentuk wawasan orang mengenai
kehidupan. Dengan kata lain, mereka yang berada dalam posisi mengawasi
media, dapat menggerakkan pengaruh yang menentukan menuju arah perubahan
sosial.
Komunikasi
sebagai proses sosial adalah bagian integral dari masyarakat. Secara
garis besar komunikasi sebagai proses sosial di masyarkat memiliki
fungsi-fungsi sebagai berikut : (1) Komunikasi menghubungkan antar
berbagai komponen masyarakat. Komponen di sini tidak hanya individu dan
masyarakat saja, melainkan juga berbagai bentuk lembaga sosial (pers,
humas, universitas); (2) Komunikasi membuka peradaban (civilization)
baru manusia; (3) Komunikasi adalah manifestasi kontrol sosial dalam
masyarakat; (4) Tanpa bisa diingkari komunikasi berperan dalam
sosialisasi nilai ke masyarakat; dan (5) Seseorang akan diketahui jati
dirinya sebagai manusia karena menggunakan komunikasi. Itu juga berarti
komunikasi menunjukkan identitas sosial seseorang.
B. Komunikasi sebagai proses budaya
Dalam
hubungannya dengan proses budaya komunikasi yang ditujukan kepada orang
atau kelompok lain adalah sebuah pertukaran budaya. Dalam proses
tersebut terkandung unsur-unsur kebudayaan, salah satunya adalah bahasa,
sedangkan bahasa adalah alat komunikasi. Dengan demikian, komunikasi
juga disebut sebagai proses budaya.
Koentjaraningrat
(dalam Nurudin, 2004) menyatakan kebudayaan adalah keseluruhan gagasan
dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta
keseluruhan dari hasil budi dan karyanya. Dari definisi tersebut layak
diamati bahwa dalam kebudayaan itu ada; gagasan, budi dan karya manusia;
gagasan dan karya manusia itu akan menjadi kebudayaan setelah
sebelumnya dibiasakan dengan belajar. Memandang kebudayaan hanya dari
segi hasil karyanya adalah tidak tepat. Demikian juga melihat sesuatu
hanya dari gagasan manusia juga terlalu sempit. Dengan kata lain,
kebudayaan menemukan bentuknya jika dipahami secara keseluruhan.
Apakah
kebudayaan hanya sekedar konsep? Tidak. Paling tidak kebudayaan
mempunyai wujud sebagai berikut : 1) wujud sebagai suatu kompleks
gagasan, konsep dan pikiran manusia; 2) wujud sebagai suatu kompleks
aktivitas; dan 3) wujud sebagai benda.
Melihat wujud kebudayaan tentu secara operasional bisa dilihat dari isi kebudayaan yang sering disebut sebagai cultural universal meliputi :
a. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat rumah tangga, senjata alat produksi, transpor);
b. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian, peternakan, sistem produksi, sistem distribusi);
c. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum dan sistem perkawinan);
d. Bahasa (lisan maupun tertulis);
e. Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak);
f. Sistem pengetahuan;
g. Religi (sistem kepercayaan).
Komunikasi
adalah salah satu wujud kebudayaan. Sebab, komunikasi hanya bisa
terwujud setelah sebelumnya ada suatu gagasan yang akan dikeluarkan oleh
pikiran individu. Jika komunikasi itu dilakukan dalam suatu komunitas,
maka menjadi sebuah kelompok aktivitas (kompleks aktivitas dalam lingkup
komunitas tertentu). Dan pada akhirnya, komunikasi yang dilakukan
tersebut tak jarang membuahkan suatu bentuk fisik misalnya hasil karya
seperti sebuah bangunan. Bukankah bangunan didirikan karena ada konsep,
gagasan, kemudian didiskusikan (dengan keluarga, pekerja atau arsitek)
dan berdirilah sebuah rumah. Maka komunikasi, nyata menjadi sebuah wujud
dari kebudayaan. Dengan kata lain, komunikasi bisa disebut sebagai
proses budaya yang ada dalam masyarakat.
Jika ditinjau secara lebih kongkrit, hubungan antara komunikasi dengan isi kebudayaan akan semakin jelas.
1. Dalam
mempraktekkan komunikasi manusia membutuhkan peralatan-peralatan
tertentu. Secara minimal komunikasi membutuhkan sarana berbicara seperti
mulut, bibir dan hal-hal yang berkaitan dengan bunyi ujaran. Ada
kalanya dibutuhkan tangan dan anggota tubuh lain (komunikasi non verbal)
untuk mendukung komunikasi lisan. Ditinjau secara lebih luas dengan
penyebaran komunikasi yang lebih luas pula, maka digunakanlah peralatan
komunikasi massa seperti televisi, surat kabar, radio dan lain-lain.
2. Komunikasi
menghasilkan mata pencaharian hidup manusia. Komunikasi yang dilakukan
lewat televisi misalnya membutuhkan orang yang digaji untuk “mengurusi”
televisi.
3. Sistem
kemasyarakatan menjadi bagian tak terpisahkan dari komunikasi, misalnya
sistem hukum komunikasi. Sebab, komunikasi akan efektif manakala diatur
dalam sebuah regulasi agar tidak melanggar norma-norma masyarakat.
Dalam bidang pers, dibutuhkan jaminan kepastian hukum agar terwujud
kebebasan pers. Namun, kebebasan pers juga tak serta merta dikembangkan
di luar norma masyarkat. Di sinilah perlunya sistem hukum komunikasi.
4. Komunikasi
akan menemukan bentuknya secara lebih baik manakala menggunakan bahasa
sebagai alat penyampai pesan kepada orang lain. Wujud banyaknya bahasa
yang digunakan sebagai alat komunikasi menunjukkan bahwa bahasa sebagai
isi atau wujud dari komunikasi. Bagaimana penggunaan bahasa yang
efektif, memakai bahasa apa, siapa yang menjadi sasaran adalah
manifestasi dari komunikasi sebagai proses budaya. Termasuk di sini juga
ada manifestasi komunikasi sebagai proses kesenian misalnya, di
televisi ada seni gerak (drama, sinetron, film) atau seni suara
(menyanyi, dialog).
5. Sistem
pengetahuan atau ilmu pengetahuan merupakan substansi yang tak lepas
dari komunikasi. Bagaimana mungkin suatu komunikasi akan berlangsung
menarik dan dialogis tanpa ada dukungan ilmu pengetahuan? Ilmu
pengetahuan ini juga termasuk ilmu tentang berbicara dan menyampaikan
pendapat. Bukti bahwa masing-masing pribadi berbeda dalam penyampaian,
gaya, pengetahuan yang dimiliki menunjukkan realitas tersebut.
Komunikasi
sebagai proses budaya tak bisa dipungkiri menjadi obyektivasi (meminjam
istilah Berger) antara budaya dengan komunikasi. Proses ini meliputi
peran dan pengaruh komunikasi dalam proses budaya. Komunikasi adalah
proses budaya karena di dalamnya ada proses seperti layaknya sebuah
proses kebudayaan, punya wujud dan isi serta kompleks keseluruhan.
Sesuatu dikatakan komunikasi jika ada unsur-unsur yang terlibat di
dalamnya. Kebudayaan juga hanya bisa disebut kebudayaan jika ada
unsur-unsur yang terlibat di dalamnya yang membentuk sebuah sistem.
C. Komunikasi sebagai proses politik
Oliver
Garceau (dalam Dan Nimmo, 1994) menulis tentang proses politik sebagai
pola interaksi yang berganda, setara, bekerja sama, dan bersaingan yang
menghubungkan warga negara partisipan yang aktif dalam posisi utama
pembuat keputusan. Serupa dengan Garceau, Nurudin
(2004) menyatakan sebagai proses politik, komunikasi menjadi alat yang
mampu mengalirkan pesan politik (tuntutan dan dukungan) ke kekuasaan
untuk diproses. Proses itu kemudian dikeluarkan kembali dan selanjutnya menjadi umpan balik (feedback).
Dalam
suatu sistem politik yang demokratis, terdapat subsistem suprastruktur
politik (lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif) dan subsistem
infrastruktur politik (partai politik, organisasi kemasyarakatan,
kelompok kepentingan, dll) –nya. Proses politik berkenaan dengan proses
input dan output sistem politik. Dalam model komunikasi politik,
dijelaskan bahwa komunikasi politik model input merupakan proses opini
berupa gagasan, tuntutan, kritikan, dukungan mengenai suatu isu-isu
aktual yang datang dari infrastruktur ditujukan kepada suprastruktur
politiknya untuk diproses menjadi suatu keputusan politik (berupa
undang-undang, peraturan pemerintah, surat keputusan, dan sebagainya).
Sedangkan komunikasi politik model output adalah proses penyampaian atau
sosialisasi keputusan-keputusan politik dari suprastruktur politik kepada infrastruktur politik dalam suatu sistem politik.
Dewasa
ini, contoh proses politik yang paling aktual dalam sistem politik kita
adalah isu tentang harga bahan bakar minyak (BBM). Tuntutan-tuntutan
pembatalan kenaikan harga BBM dari berbagai kalangan masyarakat
(mahasiswa, partai politik, organisasi kemasyarakatan) ditujukan kepada
wakil-wakil rakyat mereka yang duduk di DPR dan DPRD, juga kepada
pemerintah eksekutif (presiden dan para pembantunya). Kemudian DPR
mengadakan sidang paipurna untuk membahas isu ini.
Sebagai
proses politik, komunikasi berperan menghubungkan bagian-bagian dari
sistem politik. Gabriel Almond (dalam Alfian, 1994) mengibaratkan
komunikasi sebagai aliran darah yang mengalirkan pesan-pesan politik
yang berupa tuntutan, protes, dukungan ke jantung pemrosesan sistem
politik.
Buku acuan:
Alfian, 1994, Komunikasi Politik dan Sistem Politik Indonesia, Gramedia, Jakarta
Dan Nimmo, 1984, Komunikasi Politik, Rosdakarya, Bandung
Nurudin , 2004, Sistem Komunikasi Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta
Littlejohn, 1999, Theories of Human Communication 6th, Longman
No comments:
Post a Comment