Anak laki-laki dengan berat badan
berlebih atau gemuk di satu tampak sehat dan menggemaskan. Namun, di
sisi lain, ada ancaman micropenis alias penis mengecil ketika dewasa.
Kelainan tersebut bisa menganggu psikologis anak saat dewasa nani.
Berdasar penelitian 15 tahun lalu oleh
pakar seks Dr Naek L Tobing, sebagian anak-anak memiliki penis kecil
tergolong abnormal yang disebut micropenis. Meski normal, tetapi dengan
penis kecil bisa mengganggu citra diri (self image).
"Lima tahun terakhir, kegemukan anak terus meningkat. Faktor penentu permasalahan tersebut, makanan yang membuat tubuh si anak gemuk," ungkapnya di Hotel Mercure Padang, akhir pekan lalu.
Naek menceritakan, banyak anak laki-laki mengalami kegemukan atau overweight bahkan obesitas mengakibatkan penisnya tak berkembang. Penyebabnya, karena anak malas melakukan aktivitas.
"Sekarang anak-anak banyak malas bergerak karena asyik menonton dan main games.
Sudah begitu, mengonsumsi makanan berlebihan. Itu banyak dijumpai di
kota-kota besar, anak-anak lebih banyak fokus ke permainan game sambil
melahap makanan berkarbohidrat dan berlemak," ujarnya.
Dengan lapisan lemak yang tebal, penis
seolah-olah tertanam dan tidak jelas kelihatan. "Keadaan begini lebih
sulit di sunat, bahkan bisa gagal untuk disunat. Kalaupun dipaksakan,
hasilnya tidak memuaskan dan menimbulkan sakit untuk anak tersebut,"
ungkap naek.
Kondisi itu, kadangkala menyebabkan buang air kecil makin sukar dan berpencar.
penis kecil juga menyebabkan rasa percaya diri terganggu atau perasaan "kurang jantan".
"Ini dapat mengganggu jiwanya sampai
dewasa. Harus ingat, upaya pengobatan memperbaiki ukuran penis hanya
dapat dilakukan sebelum pubertas atau sedapat mungkin sebelum usia 11
atau 12 tahun," jelas Dr Naek.
Naek menyebutkan permasalahan tersebut sebenarnya dapat diatasi jika berat badan anak dikendalikan sebelum akil baligh atau dewasa. "Kalau sudah lewat akil balighbelum juga turun berat badannya, maka dipastikan seratus persen penisnya akan berukuran kecil pada saat dewasa nanti," tegasnya.
Karena itu, Dr Naek berharap kepada ara
orang tua menjaga berat badan anak laki-lakinya. "Berat badan si anak
jangan sampai 100 kg. Disana jantung bekerja keras untuk badan yang
besar sehingga berdampak terhadap micropenis, diabetes dan ancaman
kematian," tukas pria berusia 71 tahun itu.
No comments:
Post a Comment