Pages

Bisnis Tanpa Iuran Bulanan

Super Excellent Network Bersama Meraih Kebebasan Finansial Yang Sebenarnya

Wednesday, July 18, 2012

TRADISI-TRADISI DALAM ILMU KOMUNIKASI



Dalam ilmu komunikasi, penelitian terhadap gejala-gejala atau realitas komunikasi telah berkembang sejak lama sehingga dalam ilmu komunikasi dikenal tradisi-tradisi yang unik. Seorang Profesor komunikasi Universitas Colorado, Robert Craig, telah memetakan tujuh (7) bidang tradisi dalam teori komunikasi yang disebut sebagai 7 tradisi dalam Griffin(2000:22-35) , tetapi yang akan dibahas dalam makalah ini hanya 3 tradisi, yakni :
  • Tradisi semiotic (komunikasi sebagai proses membagi makna melalui tanda)
Semiotika adalah ilmu tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja. Sebuah tanda adalah sesuatu yang menunjukkan sesuatu yang lain. Contohnya asap menandai adanya api. sebagai suatu hubungan antara lima istilah berikut ini:
Lebih lanjut Pawito(2007:23) menyatakan dalam tradisi lebih memusatkan pada perhatian lambang-lambang dan simbol-simbol, dan memandang komunikasi sebagai suatu jembatan antara dunia pribadi individu-individu dengan ruang di mana lambang-lambang digunakan oleh individu-individu untuk membawa makna-makna tertentu kepada khalayak.
Sehingga dalam tradisi ini memungkinkan bahwa individu-individu akan memaknai tanda-tanda secara beragam.
Semiotika adalah ilmu tentang tanda. Gambar atau simbol adalah bahasa rupa yang bisa memiliki banyak makna. Suatu gambar bisa memiliki makna tertentu bagi sekelompok orang tertentu, namun bisa juga tidak berarti apa-apa bagi kelompok yang lain. Language”. Bahasa dalam hal ini dibaca sebagai “teks” atau “tanda”. Dalam konteks ini “tanda” memegang peranan sangat penting dalam kehidupan umat manusia.
Tanda-tanda yang bersifat verbal adalah obyek-obyek yang dilukiskan, seperti obyek manusia binatang, alam, imajinasi atau hal-hal lain yang bersifat abstrak lainnya Tanda terdapat dimana-mana : ‘kata’ adalah tanda, demikian pula gerak isyarat, lampu lalu lintas, bendera dan sebagainya. Struktur karya sastra, struktur film, bangunan (arsitektur) atau nyanyian burung dapat dianggap sebagai tanda. Segala sesuatu dapat menjadi tanda. Charles Sanders Peirce menegaskan bahwa manusia hanya dapat berfikir dengan sarana tanda. Tanpa tanda manusia tidak dapat berkomunikasi.

Dasar Pemikiran Tradisi Semiotika
Jadi terdapat banyak teori komunikasi yang berangkat dari pembahasan seputar simbol. Keberadaan simbol menjadi penting dalam menjelaskan fenomena komunikasi. Simbol merupakan produk budaya suatu masyarakat untuk mengungkapkan ide-ide, makna, dan nilai-nilai yang ada pada diri mereka. Mengkaji aspek ini merupakan aspek yang penting dalam memahami komunikasi.
Diantara sekian banyak pakar tentang semiotika ada dua orang yaitu Charles Sanders Peirce dan Ferdinand de Saussure yang dapat dianggap sebagai pemuka-pemuka semiotika modern Kedua tokoh inilah yang memunculkan dua aliran utama semiotika modern
 
Varian Dalam Tradisi Semiotika
Semiotika dapat dibagi menajdi 3 area kajian yaitu:
a.      Semantic (bahasa) merujuk pada bagaimana hubungan antara tanda dengan objeknya atau tentang keberadaan dari tanda itu sendiri. Semantic terbagi kepada dua hal yaitu hal tentang apa yang dipikirkan dan hal tentang tanda itu sendiri. Dan mengkorelasikan kedua hal tersebut. Kapan saja ketika muncul pertanyaan dari kita untuk apa tanda itu ada ? kita berada adalah bagian dari dunia kata . sebagai contoh dalam kamus dia menginformasikan kita tentang apa arti dari kata itu atau apa yang dimaksud. Teori ini merupakan pendekatan kaum semiotika ini hanya memperhatikan tanda-tanda yang disertai maksud (signal) yang digunakan dengan sadar oleh mereka yang mengirimkannya (si pengirim) dan mereka yang menerimanya (si penerima). Para ahli semiotika ini tidak berpegang pada makna primer (denotasi) tanda yang disampaikan, melainkan berusaha untuk mendapatkan makna sekunder (konotasi).
b.      Sintagmatic atau kajian tentang hubungan antar tanda . tanda hampir tidak dapat berdiri sendiri. Dia selalu menjadi bagian dari system yang lebih besar. Tanda seperti itu biasanya lebih dikenal sebagai kode. Sebuah kode di organisir berdasarkan aturan , jadi tanda yang berbeda dapat menghasilkan pemikiran yang berbeda pula dan tanda bisa saja diletakkan hanya pada wilayah tertentu saja. Semiotika pada teori ini menganggap bahwa tanda akan dapat dipahami apabila ada hubungannya dengan tanda yang lain.
c.       Paradigmatic pada teori ini tanda dan pemahamannya dalam suatu konteks tertentu. mengungkapkan bahwa sebuah komunikasi terjadi apabila terjadi kontak antara adresser (asal) dan adressee (tujuan).Makna yang disampaikan adresser harus berbentuk sebuah kode (code) sehingga adresser harus melakukan encode terhadap makna tersebut agar menjadi kode. Kemudian kode ini akan diterima adresse dengan melakukan decode. Proses coding Konteks budaya menjadi satu acuan yang tidak bisa dilepaskan begitu saja . Pria berkuda yang memberikan memiliki konotasi kejantanan, kegagahan belum tentu sesuai dengan konteks budaya suatu kelompok masyarakat tertentu.
  • Tradisi Fenomenologi (Komunikasi sebagai pengalaman diri dan orang lain melalui dialog)
Inti tradisi fenomenologi adalah mengamati kehidupan dalam keseharian dalam suasana yang alamiah. Tradisi fenomenologi dapat menjelaskan tentang khalayak dalam berinteraksi dengan media. Demikian pula bagaimana proses yang berlangsung dalam diri khalayak. Kajian tentang proses resepti (reception studies) yang berlangsung dalam diri khalayak menjadi penting.Pendekatan etnografi komunikasi menjadi penting diterapkan dalam tradisi ini.
Dasar Pemikiran Tradisi Fenomenologi
Ada tiga prinsip dasar dari fenomenologi menurut Stanley Deetz yang pertama adalah pengetahuan adalah kesengajaan makasudnya pengetahuan bukanlah didapat dari pengalaman akan tetapi didapat dari bagaimana menjadikan pengalaman tersebut menjadi sebuah pelajaran. Yang kedua berisi potensi dari diri. Yang ketiga adalah bahasa adalah kendaraan dari pikirian.

Varian dari Tradisi Fenomenologi
Kajian fenomenologi terbagi menajdi tiga bagian yaitu:
a.      Fenomonelogi Klasik dipelopori oleh Edmund Husserl penemu Fenomenologi Modern Husserl percaya kebenaran hanya bisa didapatkan melalui pengarahan pengalaman, tapi kita harus bagaimana pengalaman kita bekerja. Dengan kata lain kesadaran akan pengalaman dari setiap individu adalah jalur yang tepat untuk memahami realitas. Hanya melaui kesadaran dan perhatian maka kebenaran dapat diketahui. Bagaimanapun kita harus mengesampingkan penyimpangan kita. Kita harus mengesampingkan segala pemikiran dan kebiasaan untuk melihat pengalaman lain untuk dapat mengetahui sebuah kenyataan. Pada alur ini dunia hadir dengan sendirinya dalam alam sadar kita. Dalam artian menurut husser kita dapat memaknai suatu pengalaman secara objektif dengan tanpa membawa pemahaman kita sebelumnya terhadap pengalaman itu dalam artian kita harus objektif.
b.      Fenomenologi Persepsi berlawanan dengan Husser yang membatasi fenomenologi pada objektivitas marleu ponty menjelaskan manusia adalah kesatuan dari mental dan fisik yang mengartikan atau mempersepsikan dunia. kita mengetahui berbagai hal hanya melalui hubungan kita ke berbagai hal tersebut. Sebagaimana pada umumnya manusia, kita dipengaruhi oleh dunia akan tetapi kita juga mempengaruhi dunia terhadap pengalaman tersebut. Berbagai hal tidak bertahan dan berdiri sendiri terlepas dari bagaimana mereka dikenal. melainkan orang-orang memberi arti kepada berbagai hal di dunia, dan pengalaman fenomenologi adalah suatun hal yang subjective.
c.       Fenomenologi Hermeneutik aliran ini selalu dihubungkan dengan Martin Heidegger dengan landasan filosofis yang juga biasa disebut dengan Hermeneutic of dasein yang berarti suatu “interpretasi untuk menjadi”. Yang paling utama bagi Heidegger adalah pengalaman tak dapat terjadi dengan memperhatikan dunia. Menurut Heidegger pengalaman sesuatu tak dapat diketahui melalui analisa yang mendalam melainkan pengalaman seseorang yang mana diciptakan dengan penggunaan bahasa dalam keseharian. Apa yang nyata dan apa yang yang sekedar pengalaman melalui penggunaan bahasa.
Meski fenomenologi adalah sebuah filosofi yang mengagumkan, pada dasarnya menunjukkan analisis terhadap kehidupan sehari-hari. Titik berat tradisi fenomenologi adalah pada bagaimana individu mempersepsi serta memberikan interpretasi pada pengalaman subyektifnya. Bagi seorang fenomenologis, cerita kehidupan seseorang lebih penting daripada axioma-axioma komunikasi. Seorang psikologis, Carl Rogers percaya bahwa kesehatan kliennya akan pulih ketika komunikasinya menciptakan lingkungan yang nyaman baginya untuk berbincang. Dia menggambarkan tiga kondisi yang penting dan kondusif bagi perubahan suatu hubungan dan kepribadian, yakni:
a. Kecocokan/kesesuaian, adalah kecocokan antara perasaan dalam hati individu dengan tampilan luar. Orang yang tidak memiliki kecocokan akan mencoba mempengaruhi, bermain peranan, sembunyi di balik suatu tedeng aling-aling.
b. Hal positif yang tidak bersyarat, adalah sebuah sikap penerimaan yang bukan merupakan kesatuan dalam penampilan.
c. Pemahaman empatik.
3.      Tradisi Cybernetic (komunikasi sebagai pemrosesan informasi)
Ide komunikasi sebagai pemrosesan informasi pertama kali dikemukakan oleh ahli matematik, Claude Shannon. Karyanya, Mathematical Theory Communication diterima secara luas sebagai salah satu benih yang keluar dari studi komunikasi. Teori ini memandang komunikasi sebagai transmisi pesan. Karyanya berkembang selama Perang Dunia kedua di Bell Telephone Laboratories di AS. Eksperimennya dilakukan pada saluran kabel telepon dan gelombang radio bekerja dalam menyampaikan pesan.
Meski eksperimennya sangat berkaitan dengan masalah eksakta, tapi Warren Weaver mengklaim bahwa teori tersebut bisa diterapkan secara luas terhadap semua pertanyaan tentang komunikasi insani (human communication).
Jadi dalam tradisi ini konsep-konsep penting yang dikaji antara lain pengirim, penerima, informasi, umpan balik, redudancy, dan sistem. Walaupun dalam tradisi ini seringkali mendapat kritik terutama berkenaan dengan pandangan asumtif yang cenderung menyamakan antara manusia dengan mesin dan menganggap bahwa suatu realitas atau gejala timbul karena hubungan sebab akibat yang linier.
Tradisi cybernetic berangkat dari teori sistim yang memandang terdapatnya suatu hubungan yang saling menggantungkan dalam unsur atau komponen yang ada dalam sistim. Hal lain yang penting adalah sistim dipahami sebagai suatu sistim yang bersifat terbuka sehingga perkembangan dan dinamika yang terjadi dilingkungan akan diproses didalam internal sistim.
 
Dasar Pemikiran Tradisi Cybernetic
Teori informasi berada dalam kontek ini. Demikian pula konsep feedback menjadi penting dalam hal ini. Perkembangannya dapat pula disebut teori-teori yang dikembangkan dari teori informasi.
Teori ini mengagumkan sangat padu dan konsisten, dan mempunyai suatu dampak yang utama pada banyak bidang, yang mencakup tentang komunikasi. pada sistem banyak berkaitan dengan komputer dan mesin, pikiran manusia dan kehidupan sosial manusia dapat dipahami dengan penggunaan system ini secara baik. Seperti hasilnya Tradisi Cybernetic tidak hanya berimplikasi pada perkembangan teknolig informasi akan tetapi juga pada ilmu sosial dan ilmu komunikasi.

Varian Tradisi Cybernetic
Kita mengenal ada tiga macam Teorin dalam Tradisi Cybernetic yaitu Basic System Theory, General System Theory dan second order Cybernetic.
a.      Basic System Theory: ini adalah fromat dasar , pendekatan ini melukiskan seperti sebuah struktur yang nyata dan bisa di analisa dan diamati dari luar. Dengan kata lain kita dapat melihat bagian dari system dan bagaimana mereka saling berhubungan. Kita dapat mengamati secara obyektif mengukur antara bagian dari system dan kita dapat mendeteksi input maupun output dari system. Lebih lanjut mengoperasikan atau memanipulasi system dengan mengganti input dan tanpa keahlian karena semua diproses melalui mesin. sebagai alat bantu bagi bagi para professional seperti system analyst, konusltan manajemen, dan system designer telah membangun sebuah system analisa dan mengembangkannya.
b.      General System Theory: teori ini diformulasikan oleh Ludwig Von Bertalanffy seorang biologis. Bertalanffy menggunakan GST sebagai sarana pendekatan multidisiplin kepada ilmu pengetahuan. System ini menggunakan prinsip untuk melihat bagaiaman sesuatu pada banyak bidang yang berbeda menjadi selaras antara satu dengan yang lain. Pembentukan sebuah kosa kata untuk mengkomunikasikan lintas disiplin ilmu.
c.       Second Order Cybernetic: dikembangkan sebagai sebuah alternative dari dua tradisi Cybernetic sebelumnya. Second order Cybernetic membuat pengamat tak dapat melihat bagaimana sebuah system bekerja di luar dengan sendirinya dikarenakan pengamat selalu ditautkann dengan system yang menjadi pengamatannya. Melalui perspektif ini kapanpun kita mengamati system ini maka kita akan saling mempengaruhi. Karena hal ini memperlihatkan bagaimana sebuah pengetahuan sebuah produk menjerat antara yang mengetahui dan yang diketahui.

No comments:

Post a Comment